Darah Tinggi dan Jantung

Tekanan Darah Turun dan "Gempa Bumi" Akibat Penyakit Jantung Lenyap
Sri Widowati, Ujung Aspal, Pondok Gede

Sehari-hari Sri Widowati yang berumur 59 tahun adalah ibu rumah tangga yang mengasuh 3 dari 4 anaknya. Anak pertamanya sudah lepas dari asuhannya karena sudah menjalin bahtera rumah tangga dan mempunyai rumah sendiri. Bu Wid, demikian ia biasa disapa, sejak muda sudah mengidap penyakit tekanan darah tinggi dan jantung. Bahkan, ia pernah dirawat beberapa kali di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jika penyakit jantungnya sedang kambuh, seolah-olah ia merasakan sedang terjadi gempa bumi. Sedangkan, ketika tensi darahnya sedang naik, kadang-kadang anaknya yang terkena getah, ia pun marah-­marah seenaknya.

Pada Desember 2004, anak pertamanya membawa satu botol besar yang berisi sari buah merah dari Papua. Waktu itu Bu Wid agak enggan dan jijik meminumnya, ia agak merasa mual dan ingin muntah. Setelah itu, badannya terasa lemas dan ia pun tertidur. Begitu bangun tidur keesokan harinya, perubahan drastis dialaminya. Badannya terasa segar dan fit. "Seperti muda lagi", kata Bu Wid.

Setelah berlangsung sekitar 1 bulan, berangsur-angsur "gempa bumi" dan debaran jantungnya menghilang. Ketika ke dokter, tensimeter menunjukkan angka 110/90. Angka ini jelas berbeda dengan 2 bulan yang lalu, yang menunjukkan 220/140. Rasa berdenyut-denyut di kepala juga hilang, rasa sakit seperti ditusuk jarum di ulu hatinya juga lenyap. Namun, ia belum memeriksakan jantungnya ke RS Harapan Kita lagi. Baginya, yang terpenting adalah tubuhnya sudah terasa enak lagi.

----- www.deherba.com -----